Kalau kita posting status di facebook berupa nasehat, tausiyah, atau lmu, mengajak pada Sunnah, mewaspadai bid'ah, dst, jarang yang nge-Like apalagi komen.
( Walau tujuan buat status nasehat dan ilmu bukan untuk mengharap di "Like" )
Tapi coba tulis status yang kontroversi, atau ngomongin orang, ghibah,
menggunjing orang, mencela dan membuka aib seseorang, langsung tuh
status laris manis bak kacang goreng. Banyak yang Like dan penuh dengan
komentar.
anehnya, menggunjing orang, memfitnah orang, mengoleksi kesalahan orang, tapi dengan beralasan "Tahdzir", dengan alasan "waspada terhadap kesesatan", dengan alasan "hati-hati dengan si dia, dst.
Manhaj dari mana ini_ ?
Nggak pernah jumpa, nggak pernah ketemu, nggak pernah bertatap wajah, nggak pernah menasehati secara empat mata, eh belagak "mentahdzir" orang ? memvonis orang "hizbi", "sururi", "khawarij", "nggak jelas manhajnya", "majhul", dll.
Manhaj dari mana ini ??
Bandingkan dengan akhlaq Ulama; Syaikh Muqbil Bin Hadi Al-Wadi'i Rahimahullah saja dahulu sebelum mentahdzir Abdurrahman Abdul Khaliq yang beliau anggap menyimpang, beliau mendatangi Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, beliau ketemu, ngobrol, makan bareng, jalan bareng, memberi nasehat dan memberi teguran atas sesuatu yang beliau anggap menyimpang. Setelah nasehat itu tidak di indahkan, baru Syaikh Muqbil mentahdzirnya, memperingatkan manusia atas bahaya pemikirannya.
Tapi lihat, beliau nasehati terlebih dahulu, beliau dekati, beliau lakukan itu karena cinta kasih sebagai sesama Muslim. Tidak langsung main tahdzir, tidak langsung main cela sana cela sini, umbar aib dan dosa seseoang, tidak membuka-buka aib pribadi nya. Dst.
Dan satu lagi: beliau tidak MENG-GHIBAHI PRIBADINYA. Demikianlah akhlaq Ulama.
Beda dengan orang sekarang....
Terbukti, status GHIBAH, CELA-MENCELA, FITNAH, lebih di sukai daripada Ilmu dan nasehat.
sumber : https://www.facebook.com/profile.php?id=100009004239414&fref=nf
anehnya, menggunjing orang, memfitnah orang, mengoleksi kesalahan orang, tapi dengan beralasan "Tahdzir", dengan alasan "waspada terhadap kesesatan", dengan alasan "hati-hati dengan si dia, dst.
Manhaj dari mana ini_ ?
Nggak pernah jumpa, nggak pernah ketemu, nggak pernah bertatap wajah, nggak pernah menasehati secara empat mata, eh belagak "mentahdzir" orang ? memvonis orang "hizbi", "sururi", "khawarij", "nggak jelas manhajnya", "majhul", dll.
Manhaj dari mana ini ??
Bandingkan dengan akhlaq Ulama; Syaikh Muqbil Bin Hadi Al-Wadi'i Rahimahullah saja dahulu sebelum mentahdzir Abdurrahman Abdul Khaliq yang beliau anggap menyimpang, beliau mendatangi Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, beliau ketemu, ngobrol, makan bareng, jalan bareng, memberi nasehat dan memberi teguran atas sesuatu yang beliau anggap menyimpang. Setelah nasehat itu tidak di indahkan, baru Syaikh Muqbil mentahdzirnya, memperingatkan manusia atas bahaya pemikirannya.
Tapi lihat, beliau nasehati terlebih dahulu, beliau dekati, beliau lakukan itu karena cinta kasih sebagai sesama Muslim. Tidak langsung main tahdzir, tidak langsung main cela sana cela sini, umbar aib dan dosa seseoang, tidak membuka-buka aib pribadi nya. Dst.
Dan satu lagi: beliau tidak MENG-GHIBAHI PRIBADINYA. Demikianlah akhlaq Ulama.
Beda dengan orang sekarang....
Terbukti, status GHIBAH, CELA-MENCELA, FITNAH, lebih di sukai daripada Ilmu dan nasehat.
sumber : https://www.facebook.com/profile.php?id=100009004239414&fref=nf
0 comments:
Post a Comment