Monday, 18 May 2015

ANAK GADIS DAN ANAK AYAM

ANAK GADIS DAN ANAK AYAM…
Ustadz Muhammad Arifin Badri, MA, حفظه الله تعالى
Banyak orang yang memiliki
atau
memelihara hewan piaraan,
semisal ayam.

Tatkala telah tiba saatnya,
atau
tatkala mereka merasa butuh,
maka
mereka menjual ayam ~ ayam piaraan itu ke pasar
atau
ke pedagang ayam.
Dari satu penawar
berganti ke penawar lainnya,
dengan harapkan mendapatkan penawaran harga tertinggi.
Mereka tidak rela
melepaskan ayam ~ ayam piaraannya
kepada sembarang orang.
Mereka menginginkan
agar ayam piaraannya
dibeli dengan harga mahal.
Dalam urusan ayam piaraan,
mereka berusaha
mencari pembeli yang berani
memberikan penawaran tertinggi.
Namun aneh bin ajaib,
giliran urusan jodoh untuk putrinya,
banyak dari orang yang hanya menanti
dan menanti.
Mereka rela melepaskan
anak gadis kesayangannya
kepada sembarang lelaki
yang datang
melamar putrinya.
Bahkan banyak dari mereka
merasa gengsi
atau tercoreng mukanya
hingga runtuh harga dirinya
bila menawarkan putrinya
kepada seorang pemuda,
walaupun dia adalah pemuda sholeh
dan mampu memberikan “penawaran”
paling istimewa untuk putrinya.
Bukan penawaran uang atau barang,
namun berupa kesetiaan, pendidikan,
tanggung jawab
dan perlindungan.
Mungkinkah anak ayam
lebih bernilai
dan berharga bagi mereka dibanding anak gadisnya ?
Mungkin anda berkata :
malu dong,
menawarkan anak gadis?
Terkesan anak gadis saya
kurang laku
sehingga di tawar ~ tawarkan kepada orang.
Betul,
sangat memalukan
bila anda menawarkan
anak gadis kesayangan anda
kepada sembarang orang,
namun sebaliknya
betapa nistanya anda
bila akhirnya
melepaskan anak gadis anda
kepada lelaki
yang akan menghinakannya,
apalagi menutup mata
mengetahui anak gadis anda
diperlakukan
seperti
“anak ayam”
yang bebas digoda
dan dirayu
lalu dimiliki
oleh pejantang jalanan.
Karena itu ;
jangan anda tawarkan
kepada sembarang lelaki,
namun
tawarkanlah kepada orang yang sholeh
yang siap menjadi suami yang sholeh
dan bertanggung jawab.
Teladanilah
Syu’aib ‘alaihissalam
ketika beliau
menawarkan putrinya
kepada lelaki miskin namun sholeh
yaitu nabi Musa ‘alaihissalam :
( قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَن تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِندِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ )
“Ia ( Syu’aib ) berkata :
aku hendak menikahkanmu
dengan salah satu dari kedua putriku ini,
dengan ketentuan
engkau bekerja padaku ( menggembala kambing ~ kambingku )
selama delapan tahun,
dan jikalau engkau menggenapkannya
menjadi sepuluh tahun
maka itu sepenuhnya adalah kebaikan darimu ( berpulang kepadamu ),
sedangkan aku tidak ingin menyusahkanmu.
Dan insyaAllah
engkau akan mendapatiku
termasuk orang ~ orang yang sholeh ( baik ).”
( Al Qashash : 27 ).

0 comments:

Post a Comment